Rabu, 09 Februari 2011

AUTISME

A. PENGERTIAN
 Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
 Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999: 120)
 Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)
 Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV, sadock dan sadock 2000)
 Autism atau autis atau autisma berasal dari kata Auto (yunani) yang berarti berdiri sendiri. Ditemukan pertama kali oleh Dr. Leo Kanner di tahun 1943 yang melihat anak-anak ini cenderung acuh, menyendiri dan seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri.
 Autisme atau biasa disebut Autistic Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang komplex dan sangat bervariasi (spektrum). Biasanya gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, ber-interaksi sosial dan kemampuan ber-imajinasi.
 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.

B.EPIDEMIOLOGI

Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1. Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala seperti austik.

C.ETIOLOGI


Penyebab Autisme diantaranya
a.Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
b.Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c.Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
d.Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
e.Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta kejang epilepsy
f.Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak.
Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais lingkungannya.
Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.

D. PATOFISIOLOGI
Gangguan perkembangan motorik anak autisme disebabkan gangguan pada otak, yaitu adanya kelainan anatomis pada lobus parietalis,cerebellum dan sistem limbiknya. Kelainan pada lobus parietalis.menyebabkan anak tidak peduli terhadap lingkungannya, kelainan pada otak kecil (cerebellum) terutama pada lobus VI dan VII menyebabkan proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian) terganggu. Selain itu didapatkan jumlah sel Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamin, yang mengakibatkan gangguan atau kekacauan lalu-lalang di otak.
Daerah sistem limbik yang disebut hippocampus dan amygdala ditemukan juga kelainan khas yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi control terhadap agresi dan emosi. Anak kurang dapat mengendalikan emosinya,seringkali terlalu agresif atau sangat pasif. Amygdala juga bertanggung jawab terhadap berbagai rangsang sensoris seperti pendengaran, penglihatan,penciuman, perabaan, rasa dan rasa takut. Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat sehingga mengakibatkan kesulitan menyimpan informasi baru, perilaku yang diulang-ulang, yang aneh dan hiperaktif (Handojo, 2004)

E. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
 Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
 Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
 Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi normal.

Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
• Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
• Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.
• Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.

F.MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a.Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
b.Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c.Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d.Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
e.Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f.Kontak mata minimal atau tidak ada.
g.Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h.Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada emosional
i.Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j.Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungsional.
k.Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat.


Ciri yang khas pada anak yang austik :
 Defisit keteraturan verbal.
 Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
 Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
 Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
 Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
 Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

G.PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.

Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a.Mengurangi masalah perilaku.
b.Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
c.Anak bisa mandiri.
d.Anak bisa bersosialisasi.

G.PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua. kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada perkembangan usia.
TINJAUAN NEUROFISIOLOGIS ANAK AUTIS DAN HIPERAKTIF
Sistem Saraf
Sistem saraf merupakan sistem yang mengatur perasaan, cara berpikir dan pengendalian tubuh kita. Sistem saraf terbagi dalam 2 sistem, yaitu:
* Sistem saraf pusat
a. Otak
Merupakan daerah integrasi utama sistem saraf, yaitu sebagai tempat penyimpanan memori, terjadinya pemikiran, pengaturan emosi, dan fungsi lain yang dikaitkan dengan kejiwaan dan pengendalian tubuh.
b. Medula spinalis
Berfungsi sebagai tempat transfer ke dan dari otak, daerah integrasi untuk koordinasi banyak kegiatan saraf di bawah sadar, seperti refleks menarik bagian tubuh menjauhi perangsangan yang menyakitkan, dll.
* Sistem saraf perifer
a. Serat aferen: untuk mengantarkan informasi sensorik ke sistem saraf pusat
b. Serat eferen: untuk menghantarkan sinyal motorik yang berasal dari sistem saraf pusat.
Saraf tersebar di seluruh tubuh untuk mengatur seluruh aktivitas tubuh. Berdasarkan jenis aktivitas yang dilakukan, saraf dibedakan menjadi 2 :
* Saraf somatik: untuk mengatur gerakan yang sesuai dengan kemauan kita, misalnya menggerakkan tangan, melangkahkan kaki, dan lain-lain.
* Saraf vegetatif (saraf autonom): untuk mengatur gerakan bawah sadar seperti denyut jantung, gerakan usus, dan lain-lain. Saraf autonom tediri dari saraf simpatik dan parasimpatik yang kerjanya saling berlawanan. Saraf simpatik mempunyai sifat mengaktifkan sedangkan saraf parasimpatik bersifat menurunkan aktivitas. Hal ini berkaitan dengan regulasi dalam tubuh untuk menstabilkan kerja organ yang berlebihan dan yang kurang aktif.
Saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut dengan neuron. Di dalam susunan saraf pusat, informasi dikirimkan melalui serangkaian neuron dalam impuls saraf, berupa hantaran listrik. Hubungan antara satu neuron dengan neuron lain disebut dengan sinaps.


Pola Fungsional Sistem Saraf
Fungsi utama sistem saraf yaitu mengatur aktivitas tubuh, terutama otot-otot, sebagai pusat pengatur emosi, dan lain-lain. Untuk melaksanakan tugas yang beraneka ragam tersebut, berdasarkan fungsinya, sistem saraf dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
* Bagian sensorik
Bagian sensorik bekerja melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan. Bagian sensorik menghantarkan informasi dan rangsangan dari seluruh permukaan dan struktur dalam tubuh ke dalam sistem saraf melalui saraf spinal dan saraf kranial. Sinyal-sinyal tersebut selanjutnya diteruskan ke hampir semua bagian lain sistem saraf yang akan menganalisa dan mengolah informasi sensorik tersebut.
* Fungsi motorik
Mengendalikan kegiatan-kegiatan tubuh, meliputi pengendalian kontraksi semua otot tubuh, otot polos dan alat-alat dalam tubuh serta sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin. Fungsi motorik dilakukan dengan cara membawa informasi (sinyal saraf) yang berasal dari daerah sentral sistem saraf ke bagian motorik di seluruh tubuh.
* Fungsi integrasi
Mengolah informasi untuk menentukan kegiatan motorik tubuh yang tepat serta mengolah pemikiran abstrak. Beberapa daerah di otak menangani penyimpanan informasi yang disebut memori, sedangkan daerah lain menilai informasi sensorik untuk menentukan pertimbangan sehingga diperoleh jawaban motorik yang tepat terhadap informasi berupa rangsang sensorik. Pada saat keputusan diambil, sinyal dihantarkan ke pusat motorik untuk menyebabkan gerakan motorik. Sebagai pelaksana gerakan motorik adalah otot-otot tubuh yang akan melakukan gerakan.
Fungsi Otak dalam Sistem Perilaku
Tingkah laku merupakan fungsi seluruh sistem saraf. Tingkah laku khusus yang berhubungan dengan emosi, dorongan motorik dan sensoris bawah sadar, dan perasaan intrinsik mengenai rasa nyeri dan kesenangan diatur oleh fungsi sistem saraf yang dilakukan oleh struktur subkortikal yang terletak di daerah basal otak yang disebut dengan sistem limbik.
Struktur sentral serebrum basal dikelilingi korteks serebri yang disebut korteks limbik. Korteks limbik diduga berfungsi sebagai daerah asosiasi untuk pengendalian fungsi tingkah laku tubuh dan sebagai gudang informasi yang menyimpan informasi mengenai pengalaman yang lalu seperti rasa nyeri, senang, nafsu makan, bau, dan sebagainya. Gudang informasi selanjutnya disalurkan ke daerah limbik. Asosiasi informasi ini diduga merupakan perangsangan untuk mencetuskan jawaban tingkah laku yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi seperti marah dan lain-lain.
Posisi sistem limbik merupakan batas antara diensefalon dan serebrum. Bagian sistem limbik adalah hipokampus, amigdala, dan talamus yang menghantarkan bagian terbesar sinyalnya ke hipokampus dan menyebabkan efek seperti perasaan senang, perasaan yang dihubungkan dengan makan, marah, dan sebagainya. Amigdala bekerja sama dengan hipotalamus juga berperan penting dalam mengendalikan pola tingkah laku. Amigdala memainkan peranan utama dalam mengendalikan pola tingkah laku tubuh secara menyeluruh.
Beberapa fungsi otak dalam mengatur perilaku antara lain dalam menjalankan fungsi intelektual, fungsi bahasa, fungsi komunikasi, dan lain-lain.
Berikut ini fungsi otak dan gangguan pada bagian otak yang berpengaruh terhadap tingkah laku dan proses berpikir.
 Fungsi Intelektual
Yang berperan dalam kemampuan intelektual adalah prefrontal korteks serebri yang merupakan bagian anterior otak. Jika bagian tersebut rusak, kemampuan intelektual akan menghilang, terutama kemampuan untuk berpikir secara abstrak. Kerusakan daerah Wernicke pada orang dewasa dapat merusak fungsi intelektualnya, sebab daerah Wernicke sangat penting untuk fungsi intelektual otak. Jika hubungan neuronal rusak, bagian lain otak tidak dapat berfungsi secara optimal.
Area Wernicke juga disebut daerah integrasi umum, daerah gnostik yang berarti “daerah tahu” (knowing area). Semua pemikiran dan informasi dari daerah sensorik yang berbeda-beda dihubungkan dan dipertimbangkan dalam area Wernicke, untuk mengambil keputusan lebih matang. Pada umumnya, semua informasi yang sampai di otak akhirnya disalurkan melalui area Wernicke. Oleh karena itu, kerusakan di daerah ini dapat membuat seseorang bermental aneh dan menjadi sangat bingung.
Berpikir secara kompleks menjadi sangat kacau jika daerah Wernicke rusak. Selain berfungsi dalam proses intelektual dan berpikir, area Wernicke juga berperan penting dalam proses berbicara dan berkomunikasi.
 Fungsi Komunikasi
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain juga diatur oleh otak. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan untuk menginterpretasi bahasa dan kemampuan menerjemahkannya ke dalam bentuk bicara. Fungsi komunikatif diatur dan terintegrasi di semua bagian serebrum.
Berikut ini urutan dalam proses komunikasi:
1. Interpretasi gagasan
Gagasan biasanya dikomunikasikan dari seseorang ke orang lain melalui suara atau kata-kata tertulis.
2. Fungsi motorik berbicara
Area Wernicke juga mengembangkan pikiran-pikiran yang ingin disampaikan kepada orang lain. Area Wernicke bekerjasama dengan area Broca dan bagian otak lain dalam memformulasikan pikiran dan perasaan ke dalam bahasa (Lihat proses berbicara dan berbahasa yang telah diuraikan di atas).
3. Kemampuan untuk memperhatikan
Dalam sebuah komunikasi juga diperlukan kemampuan untuk memperhatikan lawan bicara sehingga terjadi komunikasi timbal balik yang berjalan lancar. Hipokampus yang merupakan bagian sistem limbik, memegang peranan dalam menentukan perhatian.
Studi Neurofisiologis
Berbagai macam kondisi neuropatologis (kelainan sistem saraf) diduga sebagai penyebab autisme. Beberapa peneliti juga mengungkapkan bahwa area tertentu di otak penyandang autisme mengalami disfungsi (gangguan fungsi). Dugaan ini diperkuat oleh persamaan antara perilaku anak autisme dan orang dewasa yang mengalami lesi otak (luka pada otak). Disfungsi otak terjadi pada beberapa bagian, seperti mesokorteks (meliputi lobus temporal frontal dan neostriatum), sistem pengolahan sensorik yang mengatur perhatian yang terarah (meliputi batang otak dan struktur diensefalon), serebelum, dan bagian lain otak.
Studi autopsi pada orang dewasa autisme menunjukkan perubahan seluler pada amigdala dan hipokampus (bagian dari sistem limbik yang mengatur perilaku), yaitu struktur yang terletak di bagian lobus temporal. Neuron pada bagian hipokampus berukuran 1/3 lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak dan lebih rapat.
Studi lain menunjukkan gejala autisme pada anak setelah bagian lobus temporalnya mengalami kerusakan akibat penyakit herpes simplex encephalitis. Bukti lain yaitu tidak adanya lobus temporalis yang tampak di CT (Computed Tomographic) pada anak autisme usia 3 tahun dan terdapat kerusakan struktur lobus temporalis pada anak autisme usia 3 tahun yang lain. Sebuah penelitian lesi (luka) pada struktur lobus temporal pada hewan menyebabkan hiperaktivitas, terganggunya interaksi sosial, gerakan stereotip (gerakan yang diulang-ulang dan tidak mempunyai tujuan), kurangnya respons terhadap rangsangan, dan hilangnya variabilitas perilaku.
Studi autisme pada setiap anak dan orang dewasa autisme yang berbeda menunjukkan abnormalitas pada bagian otak yang berbeda. Abnormalitas dapat dijumpai pada beberapa bagian, misalnya lobus frontal, sistem limbik (yang bertanggung jawab terhadap pengaturan emosi), atau dalam batang otak dan ventrikel keempat, serebelum (yang berperan dalam koordinasi motorik), dan lain-lain.
Anak autisme mempunyai anatomi otak yang berbeda dengan anak normal. Berdasarkan penelitian Dr. Margaret Bauman, seorang neurologis pediatrik, sel-sel pada sistem limbik penyandang autisme lebih kecil, mengelompok, dan tampak tidak matang dibandingkan sel-sel pada sistem limbik orang normal.
Abnormalitas juga dijumpai pada serebelum penyandang autisme yaitu jumlah sel-sel Purkinje lebih sedikit daripada orang normal. Menurut neurocientist Eric Courchesne, sel-sel Purkinje merupakan elemen penting dalam sistem integrasi informasi yang masuk ke dalam otak. Tanpa sel-sel ini, serebelum tidak dapat melakukan fungsinya, menerima banyaknya informasi dari dunia luar, dan lain-lain.
Studi autopsi lain pada pasien autisme menunjukkan adanya penurunan sebesar 90 % jumlah sel-sel Purkinje dan sel granula pada kedua hemisfer serebral, baik hemisfer kanan maupun hemisfer kiri. Berkurangnya sel-sel Purkinje pada serebelum diduga menyebabkan ketidakteraturan (disregulasi) beberapa fungsi yang menyebabkan abnormalitas pada anak autisme, yaitu gangguan pengolahan sensorik.

DAFTAR PUSTAKA

Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta
Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta

1 komentar:

  1. Tintin: Titanium D Stainless Blades - Titanium Art
    Tintin: Titanium titanium shift knob D Stainless nier titanium alloy Blades Tintin. Tintin. Titanium ford edge titanium 2021 D Stainless titanium white Blades. Tintin. Titanium titanium iv chloride D Stainless Blades.

    BalasHapus